Sesingkat Memasak Telur Dadar

Waktu itu malam sangatlah dingin. Seperti biasa di malam hari setelah pulang kuliah Dian ingin segera pulang ke kost-an yang sangat sederhana itu. Setelah sampai Ia merasa lapar dan seperti biasanya juga Ia pergi ke pusat makanan untuk membeli nasi goreng telur dadar kesukaanya.

"Mas nasi gorengnya satu ya, biasa telurnya di dadar saja jangan di campur dengan nasi". pesan Dian kepada tukang nasi goreng itu.

"Maaf mbak Dian telurnya habis". jawab tukang nasi goreng. "Yaah aku kan ga suka kalau ga ada telur dadarnya".
tukang nasi goreng itu menyuruh Dian ke tempat lain. "Coba saja mbak ke sebelah sana, disana juga ada tukang nasi goreng siapa tahu masih ada telurnya". "Oke mas!". jawab dian

Dian pun bergegas mencari tukang nasi goreng dan tak sampai 18 langkah Ia pun menemukan tukang nasi goreng itu. Namun pada saat di depan gerobak Ia tidak melihat penjual nasi goreng itu yang Ia lihat hanyalah seorang pria yang sedang duduk sebaya dengannya dan sedang membaca buku yang sama yang Ia baca ketika kuliah.

"Mas-mas ini yang jual nasi goreng kemana ya?". tanya Dian
Ia pun langsung menutup bukunya dan langsung menghampiri Dian."Ini saya yang jual mbak. mbak mau pesen? mau pesen yang mana? makan disini?".
Dian kaget, Ia tak mengira bahwa dia penjual nasi goreng itu."oo oh.. mas yang jual ini?Aku pesen nasi goreng ya tapi telurnya di dadar bisa nggak?. dibungkus aja".
"Iya bisa kok mbak sebentar ya". tukang nasi goreng pun segera membuat pesanan yang Dian minta. Tak sampai 10 menit nasi goreng itu pun sudah jadi.

Dian yang kelaparan langsung membawa nasi goreng telur dadar itu  ke kost-annya tanpa sempat membayarnya. Dian memang sangat gemar makan telur dadar sampai-sampai ia menghabiskan nasinya terlebih dahulu baru telur dadarnya. Setelah makan Ia pun langsung tertidur pulas.

Pada esok harinya Ia tersadar bahwa ia belum sempat membayar nasi goreng itu. Malam harinya Ia pun datang lagi kesana. Ia malu karena disana ternyata pembelinya sedang ramai. Dian yang lebih malu karena dia belum membayar makanan itu pun memberanikan diri ke tempat itu.

"Eh mas, uhh maaf yaa kemarin aku lupa bayar, nih uang yang kemarin". ujar Dian yang tertunduk malu
"Iya mbak makasih ya, Ini kembalianya mbak". jawab sang tukang nasi goreng sambil menyodorkan uang kembalian
"Gak usah mas, aku mau pesen lagi ko tapi sekarang aku pengen telur dadarnya aja".
"Tapi ini kembalianya masih banyak mbak". ujar pria itu
"Iya ambil saja hitung-hitung saya bayar kecerobohan saya".
"Tapi mbak..". pria itu menolak. "Udah ambil saja". Dian memaksa

***

Keesokan harinya pun Dian berangkat ke kampus seperti biasa. Sesampainya di kelas Ia melihat buku yang sama seperti yang di lihatnya di tempat kemarin ia membeli nasi goreng. Tak lama kemudian ada seorang pria berjalan menghampirnya dan mengambil buku itu.

"Maaf mbak permisi, saya mau ambil buku saya". kata pria itu. Dian membalikan tubuhnya dan ia tak menyangka pria itu adalah si tukang nasi goreng. 
"Eh.. itu kamu kan yang jualan nasi goreng itu kan?". tanya Dian
"Iya nama saya Doni, mbak yang kemarin lupa bayar ya?". ujar pria itu sambil sedikit tertawa
 "Iya......". sambil tersenyum malu

Disana mereka pun berkenalan. Dari sanalah hubungan mereka mulai akrab. Mereka pun terpisahkan karena mereka berbeda kelas. Setelah pulang kuliah mereka pun pulang searah. Di jalan Dian meminta Doni untuk membuatkan lagi telur dadar buatanya.

"Eh sekarang bikinin aku telur dadarnya lagi yaa". pinta Dian
"Maaf tapi sekarang aku nggak bisa, aku sedang tidak enak badan". Ujar pria penjual nasi goreng itu

Dari sana pun mereka berpisah. Dian tak sempat menanyakan Doni sakit apa. Esoknya Ia pergi ke tempat dimana Doni biasa berjualan tapi nihil Doni memang tidak ada disana. Dian menanyakan kepada pedagang di sekitar sana dimana Doni berada lalu Ia pun mendapatkan alamat rumah Doni. Segera Ia pun pergi kesana untuk melihat bagaimana keadaan ibu Doni. 
Dari kejauhan Ia melihat ada keramaian di sekitar rumah tua. Dian menghampiri rumah tersebut ia melihat gerobak milik Doni. Dan ada seorang wanita paruh baya menghampirinya dengan membawa sepiring telur dadar yang dibuatkan Doni dan sepucuk surat untuknya yang isinya

"Senang berkenalan dengan anda ini adalah nasi goreng telur dadar terkahir buatanku. Selamat menikmati :-)"

Ternyata Doni mengidap penyakit Leukimia kronis yang dideritanya sejak satu tahun yang lalu. Belum sempat Dian mengetahui lebih lanjut ternyata Doni harus pergi lebih awal. Dian tak menyangka Doni akan pergi secepat ini Ia pun menjadi orang terakhir yang berkenalan dengan Doni. Setelah itu Dian beserta keluarga Doni mengantarkan jenazah Doni ke kampung halamanya di Surabaya.

0 Opini:

Posting Komentar