Cahaya Hilang Terang Kembali

0 Opini

Terik matahari mengawali bulan Maret ini. Setiap harinya bumi terasa terbakar. Padang rumput gersang. Ilalang pun semakin hari semakin kemerahan tanda musim panas telah datang. Terik matahari di pagi hari pun terasa seperti jam 12 siang. Suhu udara sekarang mencapai 38 derajat Celsius. Debu-debu berterbangan sampai-sampai orang pun harus memakai masker jika ingin keluar rumah.
Rama adalah anak seorang yang kaya namun tidak lupa akan sesama. Ilmu agamanya pun cukup tinggi bagi pria yg akan beranjak dewasa ini. Bahkan dia sudah hafal Surat Yasin sejak duduk di bangku SD. Memang orang tuanya mendidiknya menjadi seorang yang ramah, baik, dan taat terhadap aturan-aturan agama.
Di Sekolahnya pun Rama bersosialisasi dengan baik, mudah berteman dengan siapa pun. Teman-temannya pun menggap Rama adalah sosok yang mudah akrab, tak pernah membeda-bedakan teman, dan peduli satu sama lain
Bahkan guru-guru yang mengajarkannya pun menganggap Rama adalah orang yang inovatif, tipe orang pekerja keras dan selalu membantu temanya yang kesulitan. Sehingga dalam pergaulanya pun Rama terlihat low profile.
***
Walaupun orangtua Rama sekarang sibuk dia beruntung mempunyai pembantu yang sejak dulu mengurus dia dari kecil hingga sekarang ia bernama Rizal jadi setiap Rama membutuhkan sesuatu di rumahnya Rizal selalu membantunya. Sekarang setiap harinya pembantunya selalu membuatkan sarapan, makan siang, bahkan makan malam dan saat sahur ketika ia ingin berpuasa.



Siang itu, Rama  seperti biasa ia baru saja pulang dari sekolah di rumahnya yg seperti istana. Meja makan seperti biasa sudah terisi dengan makanan yang lezat yang disukainya,  apel, anggur, mangga, semangka, delima pun ada.
Tetapi entah kenapa tidak seperti biasanya dia kehilangan selera makanya dia tidak mengambil satu pun makanan itu . Rama memanggil pembantunya  untuk merapikan makanan itu dan menyiapkan motornya.
“Hey Rama, anda ingin kemana? Saat ini sedang panas-panasnya. Bumi seperti terbakar. Tidaklah kau tidur seperti biasanya”. Kata Rizal mengingatkan.
Rizal sangat hormat dan sayang pada Rama yang sangat baik itu. “Aku tidak tahu kenapa aku tiba-tiba kehilangan selera makanku dan aku ingin sekali keluar rumah menaiki motor”. Jawab Rama

Rama keluar dari rumahnya memakai sepeda motornya yg berwarna putih. Dia melesat tanpa arah dan tujuan. Padahal pijaran matahari melekat di ubun-ubunya. Dia merasakan panas yang luar biasa. Beberapa kali Rama mengusap kepalanya membersihkan keringat yang menempel di dahinya dan terus mengendarai motornya.
Karena panas tiada tara Rama memacu kendaraanya dengan cepat mencari tempat untuk berteduh. Di jalan dia melihat seorang pedagang minuman seusianya sedang ramai di kerubuni para pembeli. Ia berhenti. Ketika Ia melihat pedagang itu ternyata ia adalah teman sewaktu ia di SMP bernama Abdi.
“Saya bisa pesan satu?”. Ujar Rama. “Iyaa tunggu sebentar”.  Ucapnya.

Abdi belum mengetahui sampai akhirnya ia menyerahkan minuman kepada Rama dan tentu saja ia kaget karena ia bertemu temanya yang sejak dulu sering bermain dengannya. “Hah!? Ini Rama kan? Kita dulu satu sekolah kan?” Abdi kaget. “Haha ternyata kau masih ingat saja, Iyaa ini aku Rama temanmu dulu sewaktu SMP. Sudah lama tidak berjumpa bagaimana keadaamu?”. Jawab Rama
“Iyaa beginilah aku sekarang, setiap harinya aku berjualan di pinggiran sini menggantikan ayahku yang sudah tidak bisa berjualan lagi”. “Oh.. begitu apakah kau masih sekolah?”. Tanya Rama. Abdi hanya tertunduk dan menggelengkan kepalanya
Setelah minum Rama pun bergegas melanjutkan perjalananya. Tak terasa hari semakin sore waktu ashar pun tiba Rama pulang ke rumahnya dan bergegas untuk melaksanakan shalat ashar . “Rama waktunya shalat ashar sudah ku persiapkan Sajadah serta Sarung di kamarmu”. Ucap Rizal. “Baiklah terima kasih”. Jawab Rama

Setelah selesai shalat ashar Rama berpikir apakah Abdi dengan keadaanya yang seperti itu ia masih bisa beribadah seperti dahulu ketika sewaktu SMP. Sikapnya terkesan berbeda, tak tersirat sedikit pun rasa kata syukur. “Mungkin dia hanya terfokus terhadap apa yang ia kerjakan” pikir Rama.
Rama berdoa supaya Abdi diberikan kelancaran dan ketabahan dalam berjualan serta terus bersyukur atas apa yang ia dapatkan.

***

Keesokan harinya masih sama di hari dimana bumi seakan-akan kehabisan udara sejuk Rama keluar mengendarai sepeda motornya untuk menemui Abdi di tempat biasa ia berjualan. Ketika itu Abdi sedang tidak berjualan dan Rama tetap ingin menemui Abdi. Ia menuju rumah Abdi yang tidak jauh dari tempat Abdi berjualan
Ketika sesampainya di rumah Abdi,  Rama melihat memang Abdi sedang berada di rumahnya bersama adik-adiknya sedang menjaga ayahnya yang sedang sakit, lalu Rama mengetuk pintu rumahnya “Assalamualaikum..” . “Wah Rama… Silakan masuk”. Ujar Abdi
“Ada apa? Tumben kau datang ke rumahku?”.  “Iyaa saya ingin bertemu denganmu”. Jawab Rama. “Abdi kenapa kamu tidak berjualan seperti biasanya?”. “Iyaa kemarin saya dapat tambahan uang dari bos karena penjualanku melebihi target yang ia inginkan”. Seru Abdi. “Wah alhamdullilah ya”.

Tak lama berselang di tengah obrolan muazin mengumandangkan adzan, memanggil hamba allah untuk memetik kebahagiaan. Rama pun mengajak Abdi untuk melaksanakan shalat bersama di mesjid yang tak jauh dari rumahnya.
“mari kita shalat” ajak Rama. “Aku tidak ingin shalat silakan saja duluan”. Sontak Rama kaget mendengar perkataan dari Abdi. “Mengapa begitu?” . “Aku tidak percaya lagi kepada tuhan, Dia tidak mengasihiku lagi.. dia melupakanku” . jawab Abdi . “Tuhan tidak akan pernah sekalipun melupakan hambanya”. Ujar Rama. “Bohong !” sentak Abdi. “Mengapa ia membuatku seperti ini, membuat keluargaku menjadi susah, membuat ayah menjadi sakit parah, membuatku harus berhenti sekolah demi menghidupkan keluargaku?” . “Saya tahu semua yang terjadi dalam hidup adalah rancanganNya”. Ucap Rama
“sudahlah stop jangan memberikan ku ayat-ayat, aku muak dengan semua ini”. Sentak Abdi. “Oke baiklah aku tidak akan memberikanmu ayat-ayat atau apapun tapi cobalah untuk sedikit bersabar”. Ucap Rama. “sabar-sabar ! aku sudah cukup sabar untuk menghadapi semua cobaan ini tapi apa? Semua ini sia-sia saja, tuhan tidak memberikanku keringanan kepadaku” jawab Abdi
“kemarin kamu baru saja mendapatkan bonus dari bosmu kan?”. Tanya Rama. “iya”. “apa yang kamu ucapkan pada bosmu itu”. “ya tentu saja berterima kasih”.
“cobalah kamu perhatikan, kamu tahu ginjal?”. Tanya Rama. “tentu saja”. Abdi mulai berpikir. “tapi apa hubunganya dengan ginjal?”. “begini.. tahu kan bahwa orang-orang yang menjual ginjal?” Tanya Rama kembali. “ya aku tahu”. “berapa harga untuk satu ginjal yang masih berfungsi?”. Tanya Rama kembali. “sekitar 1 Milyar”. “ya tepat.. dan kamu tahu kan siapa yang memberikan ginjal? Dan sebaiknya juga kamu tahu bagaimana caramu berterima kasih kepada sang maha pemberi”. Rama pun mengucapkan salam dan pergi ke mesjid tak lama kemudian Abdi menyusul Rama. “Rama tunggu aku !”. yaa Abdi segera mengambil air wudhu dan memulai shalat berjamaah bersama Rama di mesjid.

Seandainya Aku Seorang Pengemis

0 Opini
Hitam..
Terinjak injak dalam kehidupan
Tak menentu dan kapan,
sebenarnya keadialan
akan datang kepada orang yang tak tersentuh
dan waktu adalah segalanya

Kerasnya dunia tak hentikan langkah
untuk mencari sesuap nasi
demi mempertahankan segala harapan
namun inilah dunia yang sebenarnya
jadi siapkanlah dirimu

Seandainya aku seorang pengemis
dan seandainya pula aku bisa
meminta sebagian dari waktumu
mungkin tak akan pernah kata menyerah dalam kehidupan

Pesan Ajaib

0 Opini
#8  

                 Saat itu kau adalah siswa baru di kelas ini. Dan aku hanyalah seorang biasa dikelas ini. Kau begitu indah semua pria di kelas pun terpesona melihat parasmu yang indah itu. termasuk aku. Tak lama kau menjadi "icon" di kelas ini hingga 3 bulan berlalu kau sudah mendapatkan predikat gadis cantik di sekolah. Tak sedikit pun pria yang ingin berkenalan denganmu.
                 Iyaa, aku hanya bisa melihatmu dari jauh. Aku hanya bisa bisa membayangi wajahmu setiap harinya. Tak berani aku berkenalan dengan dirimu. Melihatmu tersenyum padaku saja itu sudah membuatku merasa berada di tempat lain. Kadang aku merasa iri dengan pria yang biasa disebut "anak gaul" itu karena ia bisa dekat denganmu.
                Lalu akhirnya aku memberanikan diri untuk berkenalan denganmu walau hanya melalui pesan yang ku tulis di secarik kertas. Ku tuliskan namaku di ujung bawah kertas itu. Dan aku menyimpanya diam-diam di dalam loker mejanya. Ketika ia selesai membaca pesan itu ia melihat kepadaku dan memberikan senyuman manisnya dengan lesung pipit diantara kedua senyumnya itu.
                Dari sana kita saling mengenal lama kelamaan aku semakin tertarik karena dia tidak membeda-bedakan teman. Ia mungkin tak tahu bahwa aku suka padanya. Ku pendam rasa ini sampai akhirnya pada suatu hari setelah kelulusan ku tuliskan pesan lagi. Namun kali ini pesan yang ku tulis mewakili perasaan ku terhadapnya.
                Empat hari setelah hari itu aku mendapatkan pesan yg dikirim bapak pengirim surat. Ya, aku terkejut ketika aku tahu pesan itu berasal darinya. Detak jantungku terasa cepat dan pori-pori ini sangat banyak mengeluarkan keringat. Saat ku buka pesan itu ternyata hanya ada 3 kata yang tertera dalam pesan itu.


"Ya aku juga..."

                 
Dan yaa itu adalah kisah cinta kami sejak SMU dulu. Hingga sekarang kami sudah mempunyai 2 orang anak dan ketika kami membaca itu berdua kami saling memandang dan tertawa cekikikan mengenang masa 23 tahun yang lalu.